Saturday, April 02, 2005

Kota Yang Tak Berhenti Bermimpi

Ada sebuah kota yang tak berhenti bermimpi. Kota tersebut tampak berbeda bagi
tiap orang. Untukku, kota tersebut tampak seperti sebuah kota biasa. Lengkap dengan
gedung-gedung pencakar langit, pasar-pasar terbuka, dan bagian kota tua dengan
bangunan-bangunan kuno bergaya kolonial.


Yang berbeda adalah, untukku, kota tersebut tidak pernah malam dan tidak pernah siang. Matahari seperti menggantung di pukul 5 sore, membuat semua benda berkilau emas dan berwarna agak cokelat, mirip foto-foto tua.


Ada sebuah kota yang tak berhenti bermimpi. Di kota tersebut semuanya selalu berubah, tapi juga tak ada yang berubah. Kekasih tak pernah hilang, cinta tak pernah pudar, dan kenangan sama nyata dengan kenyataan (walau kau tak dapat mengubah apapun dari kenangan itu).


Di kota tersebut, teman, ada sebuah stasiun tua (yang juga tampak berbeda-beda bagi tiap orang). Di stasiun tersebut, setiap pukul lima sore, akan berhenti sebuah kereta. Kereta penebusan, begitu penduduk kota tersebut menyebutnya. Di stasiun itu, setiap pukul lima sore, kau mendapat kesempatan untuk menebus kesalahan-kesalahanmu, untuk mendapatkan kembali terkasih yang hilang, untuk mendapatkan kembali mimpi-mimpi yang terlepas dari genggaman. Untuk menulis ulang sejarah hidupmu,


Setiap pukul lima sore, di stasiun itu, kau bisa lihat penumpang-penumpang yang turun dari kereta penebusan tersenyum, menangis bahagia, atau tertawa-tawa kecil. Para calon penumpang biasanya berwajah muram, mata sayu, dan melangkah
seperti memanggul dunia di pundaknya.


Tak ada yang pernah tahu kemana sebenarnya kereta tersebut menuju. Semua orang yang sudah pernah menumpanginya sangat sulit diajak bicara (kalau tak mau dibilang tidak mungkin). Mereka seperti hidup di kehidupan yang lain, dan kemudian perlahan-lahan mereka akan pudar menghilang, seperti tak pernah tinggal sama sekali di kota-yang-tak-berhenti-bermimpi.


Fenomena ini tentu saja aneh, bahkan di kota-yang-tak-berhenti-bermimpi sekalipun. Fisikawan di seluruh kota dibuat bingung olehnya. Para ahli agama menganggap menaiki kereta tersebut sama saja dengan menjual jiwa kepada setan, iblis, lucifer, baal, beelzebub, atau nama apapun yang kau berikan pada makhluk itu. Pernah suatu ketika, stasiun tersebut disegel oleh pemerintah kota-yang-tak-berhenti-bermimpi. Pita-pita kuning bertuliskan "BAHAYA"; diikatkan mengelilingi stasiun, menutup pintu2 masuk dan keluar stasiun tersebut. Dan di pintu-pintu utama stasiun tersebut dijaga oleh polisi-polisi berwajah sangar, bahkan juga beberapa tentara berpatroli. Di dinding-dinding stasiun tersebut tertempel papan-papan kayu dengan huruf-huruf berwarna merah, yang berbunyi:

DILARANG MASUK!!!
Tebuslah kesalahan-kesalahan anda
dengan berkarya dan bekerja untuk hari esok.
Masa lalu adalah yang membuat anda menjadi anda saat ini.
Mengubahnya berarti mengubah diri anda sendiri.



Pesan ini disampaikan oleh Pemerintah Daerah Kota-Yang-Tak-Berhenti-Bermimpi
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur no. A1/rkyt/lrgn/050505/1a





Larangan itu tentu saja tak berlangsung lama, karena ternyata yang menginginkan
stasiun itu dibuka lagi lebih banyak daripada yang tidak menginginkannya. Tentara-tentara
dan polisi-polisi yang menjaga stasiun tersebut hilang satu per satu. Banyak
yang berpendapat mereka dimakan oleh jin anak buah iblis yang menjadi masinis
kereta tersebut, tapi menurutku, mereka hanya ingin memperbaiki masa lalunya,
dan kemudian diam-diam ikut menumpangi kereta tersebut.


Di dinding stasiun yang selalu tampak tua dan antik itu, kini melekat papan
putih dengan huruf-huruf hitam:



PERINGATAN PEMERINTAH:
Tebuslah kesalahan-kesalahan anda
dengan berkarya dan bekerja untuk hari esok.
Masa lalu adalah yang membuat anda menjadi anda saat ini.
Mengubah masa lalu dapat mengakibatkan pudarnya anda dari kota ini.



Pesan ini disampaikan oleh Pemerintah Daerah Kota-Yang-Tak-Berhenti-Bermimpi
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur no. A1/rkyt/lrgn/050505/4a





Seperti yang kukatakan sebelumnya, tak pernah ada yang tahu kemana para penumpang
kereta tersebut memudar. Beberapa orang berpendapat mereka pudar ke masa lalu.
Mereka hidup di masa lalu, dan terperangkap di sana, pendapat lain mengatakan,
mereka memudar karena mereka tak punya lagi tujuan untuk tetap ada. Bukankah
apabila semua kesalahanmu tertebus, dan semua keinginanmu terpenuhi, kau tak
punya alasan untuk tetap ada?

No comments: